Selasa, 31 Agustus 2010

"Gimana Kabarnya Pa, disini hujan,kami kedinginan,berpelukan dengan anak-anak. Andai saja Papa ada disamping Kami,tapi gak 'papa lah, mudah-mudahan pekerjaan papa,lancar-lancar saja. Terima kasih atas bingkisannya. We are always waiting for you". Demikian bunyi SMS dari sebuah hand phone murahan, hadiah ulang tahun yang diberikan seorang suami kepada istrinya. Hand phone tersebut memang diberikan tidak pada saat ulang tahun, melainkan bebrapa hari setelah ulang tahun yang tidak dirayakan tersebut berlalu begitu saja. Mungkin saja sebagai penebus rasa bersalah sang suami yang tidak ingat ulang tahun istrinya dan baru sadar serta tersentak kaget setelah disindir dengan kata-kata yang menyentak memorinya. Buru-buru si Suami yang kurang care tersebut, mencari penjual hand phone yang tidak jauh dari lokasinya bekerja, membungkusnya dengan kado yang tidak terlalu romantis dan terkesan agak formal, kemudian mengirimnya via TIKI (Titipan Kilat) tanpa menyertakan kartu ucapan selamat ulang tahun ataupun tulisan -tulisan romantis lainnya.
Kejadian seperti ini (lupa dengan hari ulang tahun Istri) bukanlah hal yang pertama kali terjadi pada dirinya,namun sudah tiga tahun pernikahannya, sang istri tak pernah mendapatkan ucapan ulang tahun tepat dihari ulang tahunnya. Entah karena memori sang suami yang hanya seukuran MB(mega bite) bukan GB(giga bite) layaknya hand phone masa kini, atau karena IQ suami yang jongkok.

Bicara mengenai IQ sejarah telah mencatat bahwa sang suami yang tak pernah sekolah TK ini menghabiskan masa SD-nya 9 tahun (3 tahun lebih lambat dibandingkan anak-anak se-angkatannya). serta tidak pernah mengenyam pendidikan lanjutan. Bukan karena keterbatasan biaya,karena Ayahnya adalah seorang pengusaha tembakau sukses pada Zamannya hingga kini telah termasuk dalam daftar 100 orang terkaya di dunia versi majalah Fobers. Tapi karena ke-kurang tertarik-an nya kepada sistem pendidikan di sekolahnya.
Usut punya usut sang suami yang diberi nama oleh ibunyayang berdarah Banjar dengan sebutan HERMANSYAH, merupakan satu-satunya anak dari hasil pernikahan "Siri"nya dengan seorang pengusaha kaya asal Jawa Barat. Entah karena alasan apa sang Ibu memberinya nama tersebut, mungkin karena ia ingin meyakinkan kepada publik kalao anaknya adalah syah, secara hukum agama Islam, walaupun sampe sekarang setiap ada orang yang meminta menunjukan akta perkawinannya ia selalu punya seribu alasan untuk menghindarinya. Anggapan ini hanya sebatas kajian dari segi linguistik karena kata 'Hermansyah" berasal dari kata Her (milik-nya) Man(anak laki-laki)Syah(resmi). Secara bebas hermansyah bisa diartikan sebagai satu-satunya anak laki-laki milik(ibu)nya yang resmi/syah.
Walaupun Hermansyah adalah anak seorang pengusaha sukses namun sejak usianya 3 tahun Ia tidak pernah lagi bertemu dengan ayahnya yang berada dipulau Jawa sana karena alasan Ibunya telah bercerai dan tinggal di Kalimantan. Jadilah Hermansyah tumbuh dan dibesarkan single Parent oleh seorang Janda muda cantik walaupun sesekali waktu masih tetap mendapatkan kiriman uang dari mantan suaminya.
Mungkin karena kondisi inilah hermansyah kecil tumbuh menjadi ank yang rendah diri dan suka minder yang mengakibatkan pendidikan disekolahnya tidak berjalan mulus.

"Buah yang jatuh tidak akan jauh dari pohonnya" demikian pepatah jawa menyebutka. Bibit-bibit ketidak care-an seorang ayah rupanya mengalir dalam darah Hermansyah yang kini telah berkeluarga,dengan dua anak dan sudah hampir sepuluh bulan terakhir meninggalkan istrinya untuk bekerja di Pulau Sumatra,yang tidak jelas entah apa pekerjaannya. Namun sebagai seorang ayah ia masih selalu mengirimi istrinya uang secukupnya untuk biaya hidup istri dan anak-anaknya. Namun untuk urusan hari ulang tahan sang istri ia tidak terlalu mengingatnya. sehingga suatu hari keluarga ini pernah mengalami "perang mulut" karena ketahuan istrinya, mengucapkan selamat ulang tahun kepada teman Facebooknya,namun lupa ulang tahun istrinya. Padahal saya sendiri tidak yakin kalo Hermansyah si IQ jongkok ingat dengan hari ulang tahun orang tahun orang lain. jangan-jangan dia tahu dari pemberitahuan di Facebook, yang notabenenya bisa jadi data piktif. Bagaimana ia ingat ulang tahun orang lain? Nama ayahnya nya sendiri pun, ia kadang-kadang lupa.

Demikianlah kisah Hermansyah si IQ jongkok. semoga bisa jadi bahan inspirasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar